Wamena adalah sebuah distrik kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, Indonesia. Wamena merupakan kota yang sangat indah dan terletak di sebuah lembah yang dinamakan lembah baliem. Wamena mempunyai arti yang sangat unik yaitu “WAM’’ dan “ENA” yang artinya babi yang jinak, unik kan ??? itu sudah.
Kota Wamena kira-kira berada di atas ketinggian 1600 meter diatas permukaan laut, makanya di wamena udaranya sangat dingin dan juga masih segar karena jauh dari polusi. Pernah dengar Istilah “Jika belum ke Wamena berarti belum ke Papua” kayaknya sih mengada-ngada tapi jika anda sudah pernah kesana sepertinya istilah ini cocok, secara disana pemandangannya sangat indah. Banyak turis-turis yang datang kesana baik turis dalam negeri maupun luar negeri, disana dapat mereka jumpai kebudayaan yang tidak pernah di lihat di manapun.
Masyarakat di lembah baliem ini merupakan masyarakat agraris dengan bercocok tanam secara tradisional dan berpindah-pindah untuk memperoleh tanah subur atau humus pada lahan baru. Makanan pokok bagi masyarakat lokal yaitu Ubi jalar atau biasa disebut "Hipere". Mereka menjadikan "ipere" sebagai makanan pokok sejak nenek moyang mereka karena mudah di budidaya dan tidak memerlukan biaya perawatan. Selain ipere mereka juga menanam singkong, kacang panjang, jagung, dan padi. Padi banyak di jumpai di Daerah irigai elagaima (Muoai), Tulem, Muliama dan Holkima. Mereka menggunakan alat pertanian dengan kayu cangkang (kayu bengkok), parang dan sekop. Mereka tidak pernah menggunakan cangkul untuk mengolah tanah. Kampak digunakan untuk menebang pohon dan membelah kayu untuk kayu bakar dan pagar.
Sedangkan rumah adat di wamena sinamakan “HONAI”. Honai sering juga dijadikan rumah adat khas Papua. Babi merupakan ternak yang banyak dijumpai di Wamena, babi seolah sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat. Acara pernikahan umumnya maskawin dengan minimal 5 (lima) ekor babi dan satu buah Noken. (Noken adalah sejenis tas tradisional yang terbuat dari tali noken / kulit kayu). Tas noken biasanya digunakan sebagai tas multi fungsi, baik untuk membawa ipere, daun ipere atau perbekalan ke kebun / sawah. Tapi noken juga sering digunakan untuk menggendong anak bayi atau menggendong anak babi. Dahulu masih banyak dijumpai para wanita yang menyusui bayi babi.
Suku asal masyarakat Wamena adalah suku Dhani yang amat terkenal di seluruh papua karena kebiasaan berperang, yang konon katanya Suku Dhani dan Suku Asmat merupakan suku asli bumi Cendrawasih Papua. Mereka sangat lihai menggunakan panah dan ketapel. Selain panah dan ketapel dahulu kala mereka menggunakan parang yang terbuat dari batu dan pisau tusuk yang terbuat dari tulang–belulang. Tulang yang biasa digunakan adalah tulang kaki burung Kasuari. Namun perang suku saat ini sudah jarang terjadi, yang ada adalah Perang-perangan di dataran luas yang telah disediakan. Acara tarian tradisional dan perang-perangan dilaksanakan setahun sekali atau untuk menyambut tamu kehormatan. Acara ini sekarang dikemas semacam festival perang-perangan di ikuti oleh suku-suku di Wamena, untuk menggenang peristiwa perang suku yang biasa dilakukan nenek moyang mereka waktu dulu, sejaligus unjuk kehebatan yang dilihat para penonton. Acara ini "Perang-perangan" ini digelar setiap menyambut 17 Agustus untuk memperingati HUT Proklamasi dan dibiayai oleh pemerintah daerah dalam rangka menjaga tradisi dan budaya serta menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dan mancanegara. Acara ini sangat unik dan menarik, banyak sekali di hadiri wisatawan asing dan mengabadikan dalam bentuk film, umumnya arus turis meningkat hingga hotel-hotel penuh dan harus memesan terlebih dahulu.
Selain alam, seni budaya, dan cara budidaya yang menarik di wamena adalah bahasa. Anda akan merasa asing dengan bahasa mereka. Namun saat ini mereka umumnya sudah dapat berbahasa Indonesia, bahkan sampai di daerah terpencil. Umumnnya mereka belajar bahasa Indonesia dari sekolahan dan gereja. Banyak dijumpai gereja disini, meskipun di Wilayah kota juga terdapat beberapa Masjid yang dibuat oleh para pendatang dan Tentara. Perbedaan agama dan adat tidak menjadi masalah bagi masyarakat Kota wamena atau Papua secara umum, mereka dapat membaur menjadi satu.
Itu sudah wamena tercinta banyak sekali keunikan-unikan disana, bagi yang belum pernah kesana jika ada waktu silahkan datang dan buktikan sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar